ASKEP KETUBAN PECAH DINI

ASUHAN KEPERAWATAN
KETUBAN PECAH DINI (KPD)

By. Ns. AFIYAH HIDAYATI, S.Kep.

A. FISIOLOGI AMNION

  • Pada tahap awal amnion hanya berasal dari darah ibu yang berasal dari proses difusi.
  • Sirkulasi amnion : amnion berasal dari epitel amnion dan cairan tubuh yang dikeluarkan oleh janin (mis. Urine) kemudian diminum kembali oleh janin masuk dan keluar paru, dialirkan kedarah dan masuk kembali ke maternal melalui plasenta.
  • Volume pada hamil aterm yakni sekitar 800-1200 ml. 2 L (hidramnion) ada indikasi kelainan saluran pencernaan janin atau anomaly kongental.
  • Warna : bening/jernih agak kebiruan. Warna coklat-kehijauan : hipoksia janin sehingga menyebabkan relaksasi sfingter ani dan sisa metabolisme yang disebut mekonium. Warna kekuningan : hipoksia 36 jam atau lebih sebelum ketuban pecah, penyakit hemolisis janin, infeksi intra uterin.warna kemerahan : abrupsio plasenta (plasenta lepas dini)
  • Komposisi : albumin, urea, asam urat, kreatinin, lesitin, sfingomielin, bilirubin, fruktosa, lemak, leukosit

B. DEFINISI

  • Pecahnya ketuban sebelum persalinan dimulai. 10% terjadi pada waktu atau mendekati aterm.
  • KPD adl. Pecahnya ketuban sebelum inpartu, yaitu bila pembukaan serviks ❤ cm (nulipara) dan 6,5 sedangkan PH vagina4,5-6,0
    Ketuban mungkin utuh : diperiksa vairan vagina yang bersifat asam
    ­
  • Kuning pH 5,0
    ­
  • Kuning seperti warna minyak zaitun pH 5,5
    ­
  • Hijau seperti warna minyak zaitun pH 6,0
    Ketuban mungkin pecah : diperiksa cairan amnion yang bersifat basa
    ­
  • Hijau-biru pH 6,5
    ­
  • Kelabu-hijau pH 7,0
    ­
  • Biru tua pH 7,5
    3. Pemeriksaan rambut lanugo atau pemeriksaan sel skuamosa janin
    Aspirasi cairan dari dinding vagina posterior dengan tabung aspirasi steril, tempatkan pada kaca obyek lihat dibawah mikroskop, ditemukan rambut lanugo janin atau sel skuamosa janin.

    F. PENATALAKSANAAN
    1) Konservatif
    a. Rawat rumah sakit dengan tirah baring.
    b. Tidak ada tanda-tanda infeksi dan gawat janin.
    c. Umur kehamilan kurang 37 minggu.
    d. Antibiotik profilaksis dengan amoksisilin 3 x 500 mg selama 5 hari.
    e. Memberikan tokolitik bila ada kontraksi uterus dan memberikan kortikosteroid untuk mematangkan fungsi paru janin.
    f. Jangan melakukan periksan dalam vagina kecuali ada tanda-tanda persalinan.
    g. Melakukan terminasi kehamilan bila ada tanda-tanda infeksi atau gawat janin.
    h. Bila dalam 3 x 24 jam tidak ada pelepasan air dan tidak ada kontraksi uterus maka lakukan mobilisasi bertahap. Apabila pelepasan air berlangsung terus, lakukan terminasi kehamilan.
    2) Aktif
    Bila didapatkan infeksi berat maka berikan antibiotik dosis tinggi. Bila ditemukan tanda-tanda inpartu, infeksi dan gawat janin maka lakukan terminasi kehamilan.
    a. Induksi atau akselerasi persalinan.
    b. Lakukan seksiosesaria bila induksi atau akselerasi persalinan mengalami kegagalan.
    c. Lakukan seksio histerektomi bila tanda-tanda infeksi uterus berat ditemukan.
    Hal-hal yang harus diperhatikan saat terjadi pecah ketuban
    Yang harus segera dilakukan:
    • Pakai pembalut tipe keluar banyak atau handuk yang bersih.
    • Tenangkan diri Jangan bergerak terlalu banyak pada saat ini. Ambil nafas dan tenangkan diri,.
    Yang tidak boleh dilakukan:
    • Tidak boleh berendam dalam bath tub, karena bayi ada resiko terinfeksi kuman.
    • Jangan bergerak mondar-mandir atau berlari ke sana kemari, karena air ketuban akan terus keluar. Berbaringlah dengan pinggang diganjal supaya lebih tinggi.
    G. KOMPLIKASI
    a. Ibu
    – infeksi maternal : korioamnionitis (demam >380C, takikardi, leukositosis, nyeri uterus, cairan vagina berbau busuk atau bernanah, DJJ meningkat), endometritis
    a. Janin
    – penekanan tali pusat (prolapsus) : gawat janin
    – trauma pada waktu lahir
    – Premature
    Periode antara KPD dengan persalinan disebut periode laten
    a. Pada usia hamil dini biasanya periode laten memanjang
    b. Aterm : 90% periode laten 24 jam
    c. 28-34 minggu : 50% inpartu dalam 24 jam, 80-90% inpartu dalam satu minggu
    d. 15.000/iu
    5. Berikan kompres dingin bila diperlukan
    6. Berikan antibiotic sesuai program
    d. Resti gawat janin b.d partus tak maju
    1. Kaji posisi janin
    2. Monitor DJJ
    3. Lakukan pemeriksaan dalam untuk mengetahui kemajuan persalinan, pembukaan servik
    4. Kolaborasi dengan dokter bila diperlukan tindakan operatif
    5. Kolaborasi dengan dokter anak bila diperlukan resusitasi setelah persalinan
    e. Resti infeksi intrapartal b.d septicemia
    1. Kaji keadaan ibu selama persalinan
    2. Monitir TTV, apakah ada demam
    3. Kolaborasi dengan dokter untuk tindakan invasive infuse 30 tpm
    4. Berikan antibiotic dan antiseptic sesuai program
    f. Intoleransi aktivitas b.d premeturus iminen
    1. Anjurkan bedrest selama ketuban masih keluar
    2. Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhannya
    3. Anjurkan untuk mengurangi aktifitas sampai kehamilan aterm
    g. Resti terjadi komplikasi IUFD b.d ketuban kering
    1. Kaji apakah air ketuban kering
    2. Kaji umur kehamilan pasien
    3. Monitor DJJ dan gerakan janin
    4. Kolaborasi untuk pemeriksaan USG

    DAFTAR PUSTAKA

    James R Scott, et al. Danforth buku saku obstetric dan ginekologi. Alih bahasa TMA Chalik. Jakarta: Widya Medika, 2002.

    Obstetri fisiologi, Bagian Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran Unversitas Padjajaran Bandung, 1993.

    Mochtar, Rustam. Sinopsis obstetrik. Ed. 2. Jakarta: EGC, 1998.

    Manuaba, Ida Bagus Gede. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga berencana. Jakarta: EGC, 1998.

    Bobak, Lowdermilk, Jensen. Buku ajar keperawatan maternitas. Alih bahasa: Maria A. Wijayarini, Peter I. Anugerah. Jakarta: EGC. 2004

  • Tinggalkan komentar